Selasa, 21 Oktober 2014

Harus Pakai Kacamata

Hari itu akhirnya saya putuskan untuk periksa mata di Rumah Sakit Mata Nasional Cicendo.

Sudah lama saya merasakan gangguan di penglihatan mata saya. Namun belakangan rasanya makin parah.  Selain benda yang terlihat membayang, saya juga sering mengalami sakit kepala. Apalagi saat sedang berada di Ciwalk Mall, lantainya yang bergaris makin membuat kepala saya nyut-nyutan. Oya sebelumnya saya juga merasa pusing setiap menyetrika kemeja yang berstrip garis.

Lantai Ciwalk. Setiap kali berjalan di sini kepala saya pening dan garis-garisnya seperti berdenyut.


Besar curiga saya bahwa mata saya sedang bermasalah. Sebenarnya saya ingin memeriksakan mata saya sejak saya duduk di bangku kuliah S1 dulu. Namun karena alasan biaya membuat kacamata yang cukup mahal untuk ukuran saya saat itu, maka niat tersebut saya urungkan. Mitos yang saya percayai bahwa orang yang berkacamata itu pintar membuat saya makin enggan mengenakan kacamata. Saya tidak pintar, jadi saya pikir, saya tidak perlu mengenakan kacamata. Kacamata hanya untuk orang-orang pintar, untuk orang-orang yang sering baca buku, dan orang-orang yang sering berkutat mengerjakan rumus-rumus  Hehehe.. mitos yang benar-benar menyesatkan.
Akhirnya suatu pagi ketika bangun tidur, entah dapat ilham dari mana yang jelas saya harus periksa mata. Beberapa hari sebelumnya, saya sempat browsing-browsing mengenai tempat periksa mata dan harga kacamata. Dan seperti yang saya katakan di awal, Saya pun memutuskan untuk periksa mata di RS Mata Cicendo. Alasannya sederhana, pertama murah, dan yang kedua ditangani langsung oleh dokter mata. Saya belum berani periksa mata di optik. Karena yang memeriksa adalah pelayan toko yang belum tentu hasil diagnosisnya bagus. Bagi saya urusan mata bukanlah hal yang sepele.

Saya berangkat dari rumah pagi-pagi sekali. Karena berdasarkan artikel-artikel yang saya baca di internet, antriannya akan sangat mebludak. Bahkan beberapa orang sampai membatalkan pemeriksaannya gara-gara tidak tahan menunggu berjam-jam.

Saya tiba di rumah sakit pukul 07.14 dan langsung mengambil nomor antrian.  Dan Huffftt... saya dapat nomor antrian 109. Yah, akhirnya saya memang perlu menyiapkan kesabaran ekstra. Lagi pula saya sadar diri, tempat yang murah dan bagus pasti dikerubungi banyak orang. Jika ingin antriannya cepat ya harus daftar antrian VIP yang bayarannya lebih dari Rp 100ribu. -___- Saya hanya berdoa mudah-mudahan semuanya selesai sebelum Jumatan.

Nomor antrian.


Dua jam kemudian nama saya dipanggil. Setelah membayar uang pendaftaran sebesar Rp 25rb, saya pun diarahkan untuk ke ruang refraksi. Sesampainya di sana, saya pun  harus kembali menunggu kurang lebih setengah jam.

Dan ini dia, nama saya akhirnya dipanggil. Untuk pemeriksaan awal, mata saya diperiksa dengan alat yang biasa terdapat ada di optik. Karena mbak-mbak yang periksa mata saya itu masih newbie, akhirnya pemeriksaan dilakukan dua kali. Dan untuk yang kedua, pemeriksaan diawasi oleh perawat yang senior.

Setelah itu, saya pindah ke tempat lain. Di sana saya disuruh mengenakan kacamata yang lensanya dapat diganti-ganti. Selain itu, kacamatanya juga diberi lubang yang kecil untuk melihat. Dan astaghfirulloh.. saat yang mata kanan saya yang di tes, mata kanan saya sama sekali tak dapat membaca huruf-huruf yang ada di tembok. Huruf-huruf itu menjadi berbayang dan bayangannya tumpang tindih satu sama lain. Sehingga menciptakan bentuk baru yang tidak bisa dikenali.

Perlahan-lahan satu demi satu lensa pun diganti. Cukup sulit mencari lensa yang cocok. Dan setelah didapat lensa yang dirasa cocok, saya pun disuruh untuk berjalan dengan mengenakan kacamata ujicoba tersebut.

Setelah itu, saya pindah ke tempat dokter. Ada dua Dokter.Dokternya cowok dan masih muda. Mungkin mereka dokter internship atau semacamnya. Yah, tak apalah, yang penting dokter.Tapi entah menapa, saya kok tiba-tiba merasa hilang antusias. Tampang dokter laki-laki itu bikin saya kesal, bete dan eghhh.. sok ganteng. Hahahaha.. Sebenarnya saya cukup kecewa, karena saat di ruang tunggu pendaftaran, yang berseliweran adalah dokter-dokter wanita yang kurang lebih sebaya sama saya. Hehehe.. Tapi mengapa saat di ruangan malah jauh beda dari yang saya harapkan. Hmmm.. Ok.. Bagaimanapun pemeriksaan harus terus berlanjut.

Dokter memeriksa saya denga menyalakan semacam senter. Selain itu, dokter menggunakan semacam penggaris dan  alat satu lagi yang saya tidak tahu namanya.

Setelah pemeriksaan selesai, acara pun dilanjutkan dengan sesi konsultasi. Dari pemeriksaan yang dilakukan, akhirnya didapatkan hasil bahwa semua mata saya minus 1/4 dan mata kanan terdapat silinder 0.5 axis 170 derajat. Saya bertanya pada dokter apakah saya harus menggunakan kacamata. Si dokter menjawab, jika saya merasa terganggu dengan kondisi ini sebaiknya saya menggunakan kacamata. Kemudian saya bertanya lagi apakah jika tidak menggunakan kacamata minus dan silindernya akan bertambah. Dokter menjawab bahwa dengan mengenakan kacamata setidaknya akan memperlambat kenaikan minus atau silinder yang kita alami. Dan ada banyak pertanyaan lainnya yang saya tanyakan ke sang dokter.

Yah, akhirnya saya putuskan untuk membuat kacamata. Pertimbangannya, kelainan mata ini membuat saya terganggu. Selain sakit kepala yang sering muncul, saya juga sering dibilang sombong gara-gara setiap bertemu di jalan saya tak pernah menyapa  dan cenderung cuek padahal melihat orang itu duluan. Padahal, saya memang benar-benar tak lihat. :'(



Mata normal
Mata silinder.
Seperti inilah penglihatan saya dengan mata kanan tanpa kacamata. Objek tidak jelas karena berbayang


Alasan berikutnya, saya tak mau silinder saya bertambah-tambah. Apalagi dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Oya, terakhir saya periksa mata di optik saat kuliah S1 dulu adalah mata kanan minus 0.25 dan mata kiri normal. Itu artinya, ada perubahan yang cukup signifikan. Dengan silinder dan minus segini saja sudah membuat saya menderita. Apalagi kalau lebih tinggi lagi.. :'(

Dokter kemudian membuat resep yang kemudian akan saya serahkan di optik rumah sakit. Lensa dan frame nya cukup murah lho. Selain itu kualitasnya cukup bagus. (Setidaknya itu pendapat teman saya yang berkacamata saat melihat kacamata saya). Selain itu, kacamatanya jadi dalam waktu satu jam.

Well, sejak saat itu saya putuskan untuk mengenakan kacamata. Tiga hari saya pakai tanpa bongkar pasang. Hasilnya tidak ada gangguan. kecuali memang kepala yang terasa aneh gara-gara ada benda asing yang menempel. Dan penglihatan saya pun jernih. Saya benar-benar baru merasakan bahwa dunia ternyata lebih indah dari apa yang saya lihat selama ini.

Namun di hari ke empat, saya bongkar pasang kacamata terutama tiap bertemu orang-orang tertentu. Alasannya sih karena saya malu ketahuan berkacamata. Hasilnya, kepala saya benar benar sakit pada hari itu.

Yah, mungkin sudah jalannya harus pakai kacamata. Mudah-mudahan tak terlihat aneh atau semacamnya.

**
Update: Ternyata minusnya 1 untuk mata kiri-kanan.


Belajar PD pakai kacamata.



5 komentar:

  1. makasih infonya kak, tadi aku juga udah priksa mata dan tenyata minus 1/4,, ., jadi aku ni massih bingung mau pilih kaca mata yg model kyak gimana yha kak??

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih infony. seminggu yg lalu sy cek mata . hasil ny kiri -0.5 dan kanan -0.5 silinder 0.5 axis 175. stelah sy fikir sy harus buat kaca mata. stlah sy buat. sy masih malu2 memakainya. takut dikira tman2 "nggaya" sy cb pakai d tempat krja.. tp hny smp bbrp jam sj. krn terasa sangat pusing. krna trbatasnya penglihatan. brbeda jika tdk mmakai kaca mata penglihatan terasa lbh luas. mmg untuk melihat trasa lbh jelas jika memakai kaca mata. hanya lbh sempit sdikit. mungkin mmg itu awal penyesuaian. sy putus kan tdk mmakainya lg kcuali untuk mmbaca tulisan2 kecil atau saat blajar sj. tp ketika sy membaca postingan ini.. sy rasa perlu dibiasakan dr skrg mmkai kaca mata. agar tdk mnyesal pd akhirnya. mata indera yg sangat brharga. harus kita jaga. sy ingin mata yg sehat

      Hapus
    2. makasih infony. seminggu yg lalu sy cek mata . hasil ny kiri -0.5 dan kanan -0.5 silinder 0.5 axis 175. stelah sy fikir sy harus buat kaca mata. stlah sy buat. sy masih malu2 memakainya. takut dikira tman2 "nggaya" sy cb pakai d tempat krja.. tp hny smp bbrp jam sj. krn terasa sangat pusing. krna trbatasnya penglihatan. brbeda jika tdk mmakai kaca mata penglihatan terasa lbh luas. mmg untuk melihat trasa lbh jelas jika memakai kaca mata. hanya lbh sempit sdikit. mungkin mmg itu awal penyesuaian. sy putus kan tdk mmakainya lg kcuali untuk mmbaca tulisan2 kecil atau saat blajar sj. tp ketika sy membaca postingan ini.. sy rasa perlu dibiasakan dr skrg mmkai kaca mata. agar tdk mnyesal pd akhirnya. mata indera yg sangat brharga. harus kita jaga. sy ingin mata yg sehat

      Hapus
  2. Akhirnya sy kira cuman sy saja yg awalnya malu. Make kacamata.. tapi gppalah dripada nanti tambah minus.. untg nemu postingan bgini

    BalasHapus
  3. Bermanfaat skali.mata sy jg minus 1/4.dan skali sy pakai kacamata kluar rumah.di bilng knp pakai kacamata.kan baru minus 1/4.ya maklum.sy hdup di desa.jd sdikit2 di komentari.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza