Rabu, 19 Januari 2011

Salah satu penyebaran penyakit melalui kucing yang belum pernah kita pikirkan




Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6.000 tahun SM.

Bagi sebagian besar orang memiliki seekor kucing adalah hal yang paling menyenangkan. Apalagi jika kucing tersebut dalam taraf anak sampai remaja. Kucing terlihat bersih, imut dan lucu. Selain bisa diajak bercanda kucing muda juga terlihat lincah. Berlari, melompat dan mengejar benda yang kita berikan merupakan hal yang menyenangkan.

Dalam memelihara kucing, kebanyakan orang kurang begitu cermat. Terutama bagi orang-orang yang memelihara kucing lokal. Biasanya kucing jenis ini dibiarkan berkeliaran begitu saja. Bahkan tidak sedikit orang yang sengaja memelihara kucing untuk menangkap tikus.

Memang tidak salah, namun dengan tindakan seperti itu, maka potensi untuk tersebarnya penyakit ke dalam rumah semakin besar. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan adalah menjaga kebersihan dan kesehatan kucing.

Salah satu penyebaran penyakit yang mungkin belum pernah kita dengar adalah dari kebiasaan kucing untuk memancarkan air seninya di tempat-tempat tertentu.

Kucing dan beberapa hewan lainnya mengenal apa yang disebut dengan daerah kekuasaan. Setiap kucing memiliki daerahnya sendiri. Selain itu, terdapat daerah “netral” dimana para kucing dapat saling mengawasi atau bertemu tanpa adanya konflik teritorial atau agresi. Di dalam daerah kekuasaannnya, penguasa daerah biasa akan mengejar kucing asing, diawali dengan menatap, mendesis, hingga menggeram, dan bila kucing asing itu tetap tinggal, biasanya akan terjadi perkelahian singkat. Kucing yang sedang berkelahi menegakkan rambut tubuh dan melengkungkan punggung agar mereka tampak lebih besar.

Bagaimana kucing menandai daerah kekuasaanya?

Untuk menandai daerah kekuasaanya, kucing akan menyemprotkan air seninya di tempat-tempat tertentu. Seperti lantai, sudut rumah, kasur, karpet, meja, kendaraan, dan tempat lain yang ia anggap layak untuk ia kuasai. Ritual ini berbeda dengan kencing. Jika kencing, kucing cenderung berusaha menyembunyikan air seninya. Namun kebiasaan kucing yang seperti ini tidak banyak orang yang menyadari.

Bahkan mungkin kita tanpa sadari, kita duduk, tidur, atau menyentuh tempat yang terdapat bekas air seni kucing.

Itulah sebabnya kucing enggan pergi dari rumah jika sudah kita pelihara. Atau bahkan bisa kembali meski sudah kita usir berkali-kali. Karena ia sudah menganggap rumah berada di wilayah kekuasaanya.

Selain dengan menyemprotkan air seni, cara lain untuk menandai daerah kekuasaannya adalah dengan menggosok-gosokkan tubuhnya pada tempat-tempat tertentu termasuk manusia. Sehingga (mungkin) ia menganggap manusia pun berada dalam hak teritori nya.

Manusia menguasai kucing atau sebaliknya?

Tidak masalah dengan pernyataan diatas, karena tergantung dari sudut pandang siapa, Kucing atau Manusia. Yang menjadi masalah adalah penyakit yang dibawa dan disebarkan oleh kucing itu sendiri.Karena kucing memang dapat menjadi perantara bibit penyakit. Seperti rabies, taksoplasma dan beberapa penyakit menular lainnya.

Taksoplasma adalah penyakit yang diakibatkan oleh parasit Toksoplasma gondii, yang dapat ditularkan oleh kucing. Namun tak hanya kucing yang dapat menjadi dalang penyebaran penyakit toksoplasma. Toksoplasma dapat menyerang semua jenis satwa, termasuk burung, ikan, kelinci, anjing, babi, kambing dan mamalia lain, bahkan manusia.

Pada dasarnya manusia resisten (kebal) terhadap infeksi toksoplasma. Walaupun terinfeksi (kuman masuk ke dalam tubuh), itu tidak menimbulkan gejala penyakit. Jika tubuh kuat, maka parasit yang diidap hanya diam tenang tidak menimbulkan gejala penyakit. Kista akan menimbulkan gejala sakit jika kondisi tubuh lemah, kekebalan tubuh menurun, kekurangan gizi, dan dalam keadaan stres. Kista pada jaringan tubuh dapat merusak organ.

Taksoplasma tidak hanya menyerang wanita hamil. Toksoplasma dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin dan umur. Sebagian besar orang yang terinfeksi toksoplasma telah membentuk kekebalan tubuh sehingga parasit toksoplasma tidak berkembang dan terbungkus dalam kista.

Bagaimana cara mencegahnya?

Tips sederhana untuk mengurangi penyebaran penyakit lewat kucing, terutama kucing “kampung” yang perawatannya memang seadanya adalah sebagai berikut.

  1. Usahakan jangan terlalu sering kontak dengan Kucing. Hal ini karena karena kucing seringkali menjilati tubuhnya. Kita tahu bahwa makanan “kucing rumahan biasa” adalah makanan yang tidak terjamin kesehatannya. Terkadang dari tempat sampah, hewan hewan kecil seperti tikus, burung, ikan busuk dll. Kuman-kuman yang ada akan tetap bertahan pada perut dan mulut dan gigi kucing. Kasus yang paling ringan adalah alergi, sedangkan pada tahap yang lebih serius adalah penyakit taksoplasma dan beberapa penyakit serius lainnya.
  2. Biasakan mencuci tangan atau bagian-bagian tubuh tertentu setelah kontak dengan kucing. Mencuci dengan sabun dan air mengalir akan mengurangi resiko penularan.
  3. Bersihkan lantai dengan pembersih lantai antikuman. Hal ini berguna untuk membunuh kuman-kuman yang dibawa oleh kucing. Terutama tempat-tempat yang disemprot air seni kucing sebagai penanda daerah kekuasaanya.
  4. Jika anda digigit atau dicakar kucing, segera bersihkan luka tersebut dengan sabun dan air mengalir, lalu diobati seperti luka biasa. Hal ini berguna untuk mencegah masuknya kuman penyakit kedalam tubuh. Melalui cakar atau gigi yang banyak mengandung kuman.

Semoga bermanfaat

Salam

Adi Yuza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza