Rabu, 12 Januari 2011

Cahaya langit Harapan

'

Akhir-akhir ini semua terasa begitu kelabu.

Semua terasa, seakan-akan sekeras apapun ikhtiar yang saya lakukan, hari-hari kelam akan selalu melingkupi.


Saya bukannya apriori. Tapi kali ini, bukan lagi sekadar hidup dengan optimis atau pesimis, bukan lagi sekedar dua hal itu. Ini tentang kenyataan yang ada. Realitas yang saya harus hadapi. Dan Mendung ditambah cuaca ektstrim beberapa hari ini membuat perasaan makin dramatis.


Di saat seperti inilah saya butuh hangatnya cahaya semangat. Sehangat cahaya matahari di pagi yang cerah. Yang sejak bertahun-tahun lalu membuat saya optimis memandang masa depan. Semangat yang menjadi penambah energi saya untuk berjalan kaki ke kampus hingga kini, tanpa komplain.


Dimana Semangat itu?, Semangat yang saya butuhkan untuk tetap bertahan di tengah situasi ini. Sekeras apapun, Sesulit apapun, Sesakit apapun, Sesedih apapun, cahaya itu tak boleh padam.. Karena jika cahaya itu padam, maka semuanya akan menjadi benar-benar Gelap, Semua hitam.


Yah,, memang terdengar apa yang saya katakan seperti melantur. Tapi saya yakin, ini merupakan hal yang relevan. Dan saat ini saya perlu meng-Ekskresikan, meluapkan dan mengeluarkan apa-apa yang saya rasakan. Suasana kelam yang mencekam dan membuat berdiri bulu tengkuk ku akhir-akhir ini. Mereka datang secara diam-diam. Menelusup ke dalam tubuh dan berkembangbiak di tiap sel yang ada. Sehingga pikiran saya makin gelap.


Bahkan ketika saya merasa semuanya akan baik-baik saja. Dan saya katakan pada diri saya, bahwa "semua akan baik-baik saja dan semua akan berakhir baik". Saya merasa bahwa semua tidak akan sebaik yang saya harapkan.


Bahkan saya tidak bisa lagi berpikir optimis, tidak juga pesimis. Saat ini semuanya terasa samar, tak terbaca, dan membuatnya makin menakutkan. Realitas yang paling nyata akan kehidupan yang sebenarnya.


Seperti halya Iman, Optimisme pun fluktuatif. Kadang Kurva ekspektasi melonjak begitu tajam, atau bahkan tren nya menurun seketika.

===


Biarkan hari-hari bertingkah semaunya. Buatlah diri ini rela ketika ketentuan-Nya bicara. Dan jangan gelisah dengan kisah malam. Tidak ada kisah dunia ini yang abadi.


Ungkapan imam syafi’i tersebut, paling tidak merupakan obat penghilang kegelisahan belakangan ini. Memang, dunia ini bukan milik kita. Dunia ini milik Allah semata-mata. Dia yang berkehendak lagi punya ketetapan. Sehingga siapa pun orangnya tidak berhak "bertanya" mengapa Allah memutuskan ini dan itu terhadap kita. Namun, yang jelas justru kitalah yang kelak akan ditanya.

Mungkin saya mesti menambah energi ekstra untuk menyambungkan ikhtiar demi ikhtiar. Membentangkan rangkaian usaha maksimal. Dan yang perlu saya camkan barangkali, bahwa pada ujung usaha dan puncak ikhtiar itu tidak lantas mesti langsung berhubungan dengan keberhasilan yang diusahakan.


Dengan kata lain, apa pun kehendak Allah bagi seorang mukmin selalu baik. Apa pun wujud kehendak saya, pastinya adalah yang menyenangkan dan baik untuk saya (dalam kacamata saya).


Tapi, tidak sebatas itu, kehendak-Nya yang terlihat tidak menguntungkan pun ternyata ada kebaikan yang Allah "paksakan" bagi diri saya. Sebab, bukankah hanya Dia yang mengetahui sesuatu yang terbaik buat kita? (dan mungkin kalimat inilah yang perlu saya camkan).


Pokoknya, hidup adalah pilihan. Dan Saya telah mengambil keputusan, dari banyak pilihan yang ada. Keberadaan nilai hidup itu sendiri sesungguhnya yang mengantarkan pilihan menjadi tidak sesederhana yang saya bayangkan. Permasalahannya ada pada bagaimana saya memandang dan menilai hidup itu. Bila hidup itu dipandang sebagai fase satu-satunya yang sementara bagi manusia sebelum memasuki dunia akhirat, maka otomatis pilihan apapun dalam hidup ini menjadi penting dan menentukan.


Ada ikhtiar ada Tawakkal.. setelah iktiar maksimal terserah Dia mau seperti apa saya pada akhirnya.


Saya selalu berdoa agar saya tidak salah memilih dalam mementaskan hidup. Semoga saya Tetap Optimis dengan Keputusan yang pernah saya ambil. Dan konsisten dengan bara semangat yang saya genggam, yang dulu sempat membakar dengan nyalanya.


Untuk mereka yang saya cinta.


>> Kampung Baru, 12-1-2011 pkl 24.00


+ Untuk harapan orangtua thd saya

+ Untuk tanggung jawab saya thd masa depan saya

+ Untuk keputusan saya yang saya ambil beberapa tahun lalu.

+ Dan untuk perasaan saya thd seseorang.

,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza