Senin, 03 Mei 2010

Semua Indah Pada Waktunya

*) Sebagian besar isi ditulis oleh penulis. dan beberapa bagian disadur dari tulisan dengan judul sama dengan pengubahan seperlunya

----------------------------------------------------------------------------

Biarkan hari2 bertingkah & berjalan semaunya
Buatlah diri ini rela ketika ketentuan-Nya bicara
Dan jangan gelisah dengan kisah malam
Tidak ada kisah dunia ini yang abadi

Biar Cinta itu Bermuara Dengan Sendirinya..

Kenapa tak pernah kau tambatkan perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu dermaga tenang yang bersedia menerima kehadiran kapalmu

Kalau dulu memang pernah ada satu dermaga kecil, yang kemudian harus kau lupakan mengapa tak kau cari dermaga lain?
Dermaga yang akan dapat memberikan rasa damai yang lebih…

Seandainya kau mau buka tirai di sanubarimu dan kau akan tahu dermaga mana yang ingin kau singgahi
untuk selamanya hingga dermaga itu jadi rumahmu, rumah dan dermaga hatimu.

***

Pikiran pria itu menerawang ke masa lalu. Dulu sekali ketika pria itu baru menapaki masa remaja, sempat terpikir olehnya untuk menjalin suatu hubungan dengan teman sepermainannya.
Hormon remaja, pergaulan di lingkungan nya, dan kurangnya pemahaman agama, membuatnya selalu terpikir akan segala keindahan mengenai jalinan sebuah hubungan. Semua telihat sejuk, dan semua terasa hangat. Begitu pikirnya.

Waktupun berlalu, masih di waktu dulu ketika ia masih belia, sedikit demi sedikit ia mulai belajar mengenai suatu kebenaran hakiki. Dengan bimbingan kakak-kakaknya yang lebih hanif, akhirnya ia sadar bahwa ada sesuatu yang lebih berguna untuk ia lakukan ketika masa belia, dibanding melakukan hal-hal yang menjauhkannya dari penciptanya.

Pada akhirnya, ia dan teman sepermainannya itu mulai berjarak, hingga mereka benar-benar terpisah. Sahabatnya pun menjalin ikatan dengan pria lain dan ia sendiri menjalani kehidupannya sendiri yang ia yakini kebenarannya. Orang-orang di sekitar mereka yang menyadari apa yang terjadi diantara mereka menyayangkan sikap si pria. Namun, Tak ada sesal dalam dirinya. Dan ia mulai memiliki rasa BANGGA dengan apa yang ia yakini. Keyakinan akan Rabb-nya. Keyakinan akan manuskrip yang Ia turunkan pada sang Uswatun hasanah. Dan keyakinan akan keluhuran Ad-din yang ia peluk. Kebanggaan yang pada akhirnya menjadi prinsip hidupnya kelak.

Namun meski begitu, keinginan untuk menjalin sebuah ikatan tetap saja ada. Hari demi hari berganti, musim pun berlalu. Bunga-bunga tumbuh dan bersemi. Begitu banyak bunga dengan warna dan aroma yang menggoda. Beberapa bunga itu begitu menarik untuk ia singgahi. Teman-teman pria sebayanya banyak yang telah memetik bunga-bunga itu. Sempat ia terpikir untuk sekedar mendekati salah satu bunga itu, bunga yang begitu memikat hatinya.

Namun hati kecilnya berkata jangan, Belum saatnya, bisik hati kecilnya. Hati kecilnya mengingatkan, Apalah gunanya ia mendekat, bukankah ia tak pernah tahu apa yang mengelilingi bunga itu. Mungkin perangkap syaithon. La takrobuzina. Kalimat itulah yang ia selalu ingat. Pria itu pun kembali larut dalam aktivitas kesehariannya. Mendalami ilmu agama, aktif di organisasi kerohanian sekolah dan menghidupkan masjid sekolahnya.

Lantas, apakah hidup pria itu menjadi hampa cinta?. Sekalipun tidak! Ia mulai melihat bahwa ada banyak cinta disekelilingnya. Cinta yang seharusnya ia sadari dan tak pernah kurang ia dapatkan. Cinta dari Keluarganya, dan sahabat disekelilingnya. Mereka yang selalu menjadi sandarannya ketika ia perlu tempat bersandar. Mereka yang selalu mengingatkannya dikala ia lupa. Dan cinta dari Rabb-nya yang tiada pernah berputus.

Waktupun kembali berputar, semua berjalan sesuai tempatnya. Ia berangkat sekolah, belajar di kelas, bergaul di luar kelas, dan semua aktivitas yang seperti biasa. Kesemuanya tentu disertai dengan ikhtilat atau campur baur pria wanita yang tak mungkin bisa untuk dihindari. Pria ini akhirnya mengulang seperti kisah pada awalnya. Ia mulai menemukan wanita yang ia rasa baik untuknya kelak. Ada getaran yang berbeda setiap kali ia berinteraksi dengan si wanita. Ia mulai berpikir bahwa wanita inilah yang tepat untuk mengisi hari-harinya suatu hari nanti dalam bingkai pernikahan. Semuanya terjadi begitu saja tanpa ia kira.

Berawal dari pertemanan biasa, belajar bersama, dan mendiskusikan banyak hal.
Dan wanita itu, ia adalah sosok yang begitu baik, cerdas, dewasa, berpikiran luas dan masih banyak hal-hal positif yang ada dalam wanita itu, yang membuat si pria lebih bersemangat dalam menjalani hidupnya. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita , curahan hati,saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu awalnya mengatasnamakan persahabatan.

Disaat semua berjalan, hati kecilnya kembali menegur, ” Adakah persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan dewasa tanpa melibatkan hati dan perasaan terlebih bila sudah muncul rasa simpati, kagum dan kebutuhan untuk sering berinteraksi? ” pria itu terdiam.

Pria itu kemudian menayakan masalah Ini pada salah satu temannya, namun, jawaban temannya kurang memuaskan hatinya. Temannya menyarankan agar segera meresmikan hubungan mereka.. pria ini kembali terdiam.

Dalam diamnya Pria ini tersadar mendengar jawaban temannya ini. Ia sadar, terlalu jauh ia melangkah. Ia malu, dimanakah kesucian yang dulu ia banggakan. Dimanakah Kesucian si pria dan kesucian si wanita yang harusnya ia jaga. Dimanakah prinsip yang dulu ia pegang teguh.

Ia akhirnya mulai menjaga jarak dengan si wanita. Bukan karena ia membenci wanita itu. Namun semua ia lakukan karena ia begitu mencintai wanita itu, ia mencintai karena ia mencintai Rabb-nya dan segala syariatNya. Biarlah orang-orang yang sudah tahu mengenai masalah ini menganggap ia pengecut. Ia tak peduli. Baginya, prinsip adalah prinsip yang harus dipegang teguh. Ia lakukan ini semua karena ia ingin menjaga kehormatan wanita itu, dan ia lakukan semua ini karena ia begitu menghargai wanita itu. Dan ia tak ingin syetan menyusup diantara dua hati yang perlahan tapi pasti selalu menjerumuskan.

Masalah pendamping hidup, ia serahkan semuanya pada yang Maha Mengatur. Toh, jika akhirnya mereka akan bersatu, mereka pasti bersatu dalam suatu ikatan suci kelak. Rasanya Tak perlu ia mengungkapkan perasaannya pada si wanita, karena ia tidak ingin mengikat wanita itu dengan apapun. Ia bebaskan perasaan masing-masing untuk leluasa mencari orang yang tepat mejadi pendamping. Karena ia sendiri tak tahu bagaimana perasaannya terhadap si wanita beberapa tahun ke depan, masih sama, atau berubah. Dan ia tidak ingin ada salah satu pihak yang tersakiti kelak. Hingga akhirnya si pria dan si wanita itu terpisahkan oleh jarak untuk waktu yang lama. Meski si pria masih berharap, wanita inilah pendampingnya kelak.

***
Waktupun kembali berputar. Dan episode kehidupan pun masih tetap berlanjut. Pria tersebut kembali tenggelam dalam kesibukannya sendiri. Segala aktivitas dunia kampus ia jalani. Seabrek perkuliahan ia lalui. Terkadang masih terlintas jelas di benaknya bayang-bayang masa lalu.
Terkadang timbul sedikit penyesalan dalam dirinya, namun tiap kali rasa itu datang, buru-buru ia tepis.
Hati tidak pernah ada yang tahu. Suatu hari muncullah seorang gadis yang begitu memikat hatinya. Dia adalah adik tingkatnya. Gadis itu cantik, baik sikapnya, baik akhlaknya, pintar otaknya dan dari keluarga baik-baik.

Si pria ini selalu memikirkan gadis ini. Beberapa tentangnya benar, cantik, *Hanya orang yang tak dianugrahi penglihatan yang tak mampu melihat kecantikannya. Pintar, *bisa dilihat transkripnya. Dari keluarga baik-baik, *semua tahu siapa keluarganya dan tak ada yang meragukannya. Namun ia rasa, ia salah menilai mengenai sikap dan akhlaknya. Ia geleng-geleng kepala sendiri saat melihat tingkah laku si gadis yang sebenarnya. Tak ada beda dengan wanita lain. Hijab yang ia kenakan tak ubahnya hanya sekadar simbolisme akan kesempurnaan dirinya.

Setiap ada yang datang atau pergi, Selalu dibandingkan dengan sosok wanita sahabatnya itu dan tentulah sosok wanita sahabatnya itu yang selalu lebih unggul dibanding yang lain. Dan pria itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain. Sampai suatu hari,..pria itu menyadari kesia-siaan yang dibuatnya. Ia berharap ke sesuatu yang tak pasti hanyalah akan membawa luka dihati… Bukankah banyak hal yang bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengisi hidupnya kini….
Air mata nya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam…
Dia berjanji untuk tidak mengisi hari - harinya dengan kesia-siaan.
Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseorang akan memberi sejuta makna bagi isi jiwa.
Sehingga…. saat seseorang itu pun hilang begitu saja… Masih ada setangkup harapan agar dia kembali….Walaupun ada kata-katanya yang menyakitkan hati…. akan selalu ada beribu kata maaf untuknya…. Masih ada beribu penantian walau tak pasti… Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang lain. Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah memikirkannya.
Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia??

Masih ada sejuta asa…. Masih ada sejuta makna…..Masih ada pijar bintang dan mentari yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan menjadi bermakna dan bermanfaat bagi sesama….

“Lalu… bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada??” tanya saya suatu hari.
Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab, Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan, Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian, Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir. Hanya Allah swt yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita. Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.

Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.

Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada.
Tetapi lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada.

Namun bagaimanapun, Tetap lebih baik MENUNGGU ORANG YANG TEPAT, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.
Orang yang tepat itu bukanlah orang-orang yang pernah mengisi hati kita dimasa lalu. bukan pula orang yang ada pada saat ini. Dan bukan pula orang yang akan kita temui dimasa depan. HANYA ALLAH YANG MAHATAHU SIAPA ORANG YANG TEPAT ITU. Semua sudah tertulis pada Megaserver lauh mahfudz sejak zaman azali.

Perlu kita ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam, Kota Roma tidak dibangun dalam sehari, Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan, Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan. Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, Dan penantian kita tidaklah sia-sia.

Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal - iman, keberanian, dan pengharapan - penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.

Pada akhirnya Allah swt dengan segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu,karena alasan yang penting.
dan percayalah.. …SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA.........

” Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya.. DISAAT YANG TEPAT…
dengan SESEORANG YANG TEPAT…. DAN PILIHAN YANG TEPAT……HANYA DARI ALLAH SWT.
Disaat dihalalkannya dua manusia untuk bersatu dalam ikatan pernikahan yang barokah..”

--------------------------------------------------------
*) Sebagian besar isi ditulis oleh penulis. dan beberapa bagian disadur dari tulisan dengan judul sama dengan pengubahan seperlunya.

2 komentar:

  1. SubhanaALLAH...
    posting yang bagus...
    persis seperti yang saya alami sekarang...
    saya memang lagi membutuhkan kata2 yang bisa memberi motivasi untuk meninggalkan Cinta Belum Pada Waktunya...
    bolehkah saya copy n dishare dengan tujuan bisa menyemangati yang lain agar bisa tergugah untuk meninggalkan Cinta Belum Pada Waktunya..?
    tentunya dengan mencantumkan sumbernya..

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, saya senang jika postingan saya bermanfaat.

    Kalau mau berbagi dengan yang lain, tentu saja boleh.

    Barokalloh,, Semoga bermanfaat untuk tmn2 yang lain..

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza