Selasa, 25 Mei 2010

Mereka benci Islam

Orang-orang Yahudi dan Nashoro tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

=========

Mereka bangga menyebut mereka kafir. Mereka bangga memanas-manasi, mereka bangga memprovokasi. Siapa mereka?

Tak perlu saya sebutkan di sini karena anda pasti tahu dari golongan mana orang-orang itu. Yang pastinya mereka adalah Kafirun La'natulloh (semoga Allah mengazab mereka di dunia dan di akhirat)

Benar-benar provokatif. Benar-benar kurang ajar orang-orang kafir la'natulloh itu. Selalu saja ada cara mereka untuk mengusik maupun melukai hati umat islam. Selalu saja ada ide kreatif supaya umat islam terpancing emosi.

Penghinaan kepada agama khususnya Islam, biasanya dibarengi dengan penghinaan terhadap para Nabi. Mereka memperolok dan mempermainkan keagungan Nabi Muhammad SAW dan mengalamatkan berbagai tuduhan kepada beliau. Penghinaan kepada para Nabi sudah biasa dilakukan oleh para penentang kebenaran dan ajaran ilahi sejak dahulu kala. Karena itu apa yang terjadi di zaman ini adalah kelanjutan dari peristiwa di masa lalu

Baru-baru ini, muncul istilah "20 mei sebagai hari setiap orang menggambar Mohammad". istilah itu mulai diperkenalkan oleh orang-orang gila melalui akun facebook. Modusnya adalah setiap orang menggambar Nabi, lalu di Upload, sehingga setiap orang bisa melihat hasil karya yang kurang ajar itu. Tentunya, masih jelas dibenak kita bagaimana koran Jylland Posten Denmark memuat karikatur nabi, lalu greet wilders yang membuat film fitna.


Jangan ditebak gambarnya seperti apa karena hasilnya adalah gambar-gambar yang menyayat hati. Ada gambar Muhammad seperti babi, Telanjang, beringas dan gambar-gambar yang untuk disebutkan pun saya rasa tidak pantas.

Seperti biasa, orang-orang barat selalu mendukung sikap-seperti ini, dengan alasan klise tentunya, kebebasan berpendapat dan berekspresi.


Kebebasan berpendapat yang seperti apa

Tak dipungkiri bahwa kebebasan berpendapat adalah salah satu hak yang paling asasi bagi manusia. Akan tetapi tidak ada kebebasan tanpa batas dan aturan. Jika sebuah kebebasan berbenturan dengan kesucian dan meniscayakan pelecehan terhadap nilai-nilai kebenaran, maka tidak ada lagi kebebasan yang harus dipertahankan. Sayangnya, banyak pihak yang dalam hal ini negara-negara adidaya dan Barat, tak segan mengorbankan kesucian dan kebenaran untuk kepentingannya, dengan menggunakan kedok kebebasan berpendapat.

Pengalaman selama ini juga menunjukkan bahwa Barat memiliki standar ganda dalam banyak hal seperti kebebasan berpendapat dan berkreasi. Jika dituntut kepentingannya, Barat akan memberikan lampu hijau kepada siapa saja untuk menulis semaunya meski tulisan itu melanggar kode etik dan melukai perasaan satu setengah milyar muslim. Contohnya di Prancis, negara yang selalu mengagung-agungkan kebebasan. Namun ketika seorang muslimah ingin menggunakan pakaian muslimah, mereka getol menentangnya. Bahkan sampai dibuatkan undang-undangnya segala.

Padahal logikanya jika benar-benar bebas, maka para wanita disana bebas untuk memakai pakaian apapun yang mereka mau bahkan tak berpakaian sama sekali. Namun kenyataannya selama ini setiap wanita diperbolehkan untuk memakai pakaian apapun yang mereka mau termasuk telanjang, Tapi pakaian muslimah suatu pengecualian. Peraturan yang benar-lucu lagi dikriminatif. Padahal Prancis merupakan negara yang katanya anti diskriminasi.


Lalu bagaimana menyikapi nya?

Pada suatu hari, datanglah Jibril kepada Nabi yang kepalanya sudah berdarah-darah akibat dihujani lemparan batu oleh penduduk Thaif yang tak bersedia menerima ajarannya. “Berdoalah Muhammad kepada Tuhanmu, agar aku diizinkan melemparkan dua bukit gunung itu kepada mereka,” kata Jibril. Namun Nabi malah tersenyum dan berkata kepada Jibril, “Tidak Jibril, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak tahu. Kalau mereka musnah bagaimana ajaran Allah akan aku sampaikan kepada mereka.” Nabi kemudian malah berdoa agar Allah mengampuni penduduk Thaif.

Bukan sekali itu Nabi memperoleh perlakuan sadis melainkan hampir setiap hari sepanjang hidupnya. Pernah seorang Yahudi selalu menyempatkan diri naik ke atap rumahnya setiap kali Muhammad akan lewat di depan rumah itu menuju masjid. Lalu dari atas rumah, si Yahudi selalu menyiramkan kotoran unta kepada Nabi yang sedang melintas di bawah dan setiap kali itu pula, Muhammad terpaksa kembali ke rumahnya untuk mengganti pakaian. Kejadian itu berlangsung setiap hari hingga suatu hari, Muhammad sampai ke masjid tanpa mendapat siraman kotoran dari si Yahudi.

Sepulang dari masjid bertanya Nabi kepada para tetangga si Yahudi, ke mana gerangan orang itu. “Sakit,” kata para tetangga.

Nabi lalu mendatangi rumah si Yahudi untuk menjenguk. Ketika menemui si Yahudi yang terbaring tak berdaya, Muhammad berkata, “Aku berdoa agar engkau cepat sembuh, agar engkau bisa kembali menyiramiku dengan kotoran unta.” Si Yahudi lalu menangis dan setelah sembuh, dia selalu menceritakan tentang kemuliaan perilaku Nabi kepada semua orang.

Maka karikatur dari Jylland-Posten yang katanya menggambarkan Nabi Muhammad dan juga kontes karikatur di Facebook itu sebetulnya tak perlu disikapi dengan sangat reaktif apalagi dengan cara-cara yang tidak diajarkan oleh Nabi. Kemuliaan Muhammad tak akan pernah berkurang hanya karena sebuah gambar yang dimaksudkan untuk melecehkan dan menghina maupun yang menyanjungnya. Perilaku yang melecehkan dan mengecilkan peran Nabi, sesungguhnya tak akan pernah berhenti bahkan ketika orang-orang Islam sudah mencontoh perilaku Nabi sekali pun. Aksi itu juga tak menggambarkan atau mewakili seluruh pendapat dari orang orang-orang nonmuslim.

Lihat dan amatilah, karikatur Wastergaard dan yang belakangan terpampang di kontes “Everybody Draw Mohammed Day” itu pun, sesungguhnya sama sekali jauh dari wajah Nabi yang digambarkan oleh banyak hadis, yang juga diakui kaum orientalis sebagai wajah yang penuh keteduhan. Westergaard dan para karikarituris itu, sekali lagi hanya berimajinasi dan celakanya imajinasi itu memang keliru besar karena tampaknya mereka memang tak pernah punya bayangan dan referensi sama sekali tentang wajah dan perilaku Nabi melainkan sebagian seperti Wastergaard misalnya, hanya mencocokkan gambar wajah dari Mirza Ghulam Ahmad.

Yang jelas, mereka akan tertawa terbahak-bahak ketika menyaksikan amarah umat Islam. Dan akan gigit jari ketika umat islam sama sekali tak bereaksi.

Dan saran saya yang terakhir, jika kita menemukan lagi hal-hal yang serupa, jangan pernah buka situs tersebut, atau dengan kata lain boikot. Karena tidak akan ada tukang gosip kalau tidak ada pendengar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza