Rabu, 05 Mei 2010

Menolak Sri Mulyani, Perlukah?

Penolakan terhadap Menteri Keuangan Sri Mulyani oleh Anggota DPR ternyata masih terjadi sebagai buntut dari kasus bailout Bank Century. Kali ini Anggota DPR dari Fraksi Hanura melakukan aksi walkout dari rapat pembahasan RAPBN Perubahan 2010 di Badan Anggaran DPR, karena rapat tersebut dihadiri Sri Mulyani sebagai wakil pemerintah.

Alasannya, Aksi walkout tersebut dilakukan sebagai bentuk konsistensi terhadap hasil Rapat Paripurna DPR mengenai bailout Bank Century.

Wah, hebat sekali wakil rakyat kita ini. Tapi tidak sadarkah mereka dengan tindakan seperti itu, pembahasan anggaran belanja negara yang notebane untuk rakyat menjadi tersendat. Saya tidak tahu, ada motif apa dibalik mereka melakukan itu.

Alasan klise yang sering saya dengar adalah Sri Mulyani adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam kasus skandal Bailout Century yang nilainya lebih dari 6 Triliun lebih. Tumben-tumbenan, mereka ribut dengan kasus-kasus seperti ini. Padahal biasanya, setiap kasus mark up, penggelumbungan dana, dan sejenisnya, Mereka diam-diam saja. Mungkin saja, orang-orang yang meributkan masalah ini, Sok berjuang untuk rakyat dikarenakan mereka tidak kebagian.

Saya sama sekali tidak kagum ketika melihat Pansus DPR dengan sok garang menngintrogasi 2 Pejabat negara itu. Padahal yang diintrogasi terlihat tenang-tenang saja. Saya curiga, mereka bersikap seperti itu hanya untuk pencitraan diri supaya dicap pembela rakyat. Supaya mereka bisa terpilih lagi pada pemilu periode berikutnya.

Saya yakin, kebijakan apapun yang dilakukan Mulyani dan Boediono, tidak mungkin untuk menghancurkan bangsa ini. Toh, hasil kerja mereka bisa kita lihat. Suatu kebanggaan bagi saya ketika melihat Indonesia menjadi salah satu negara (atau mungkin satu-satunya) yang mampu bertahan pada krisis akhir 2008. Negara yang terbaik pertumbuhan ekonominya di kawasan Asia tenggara maupun Diantara negara G20.

Kalau dibandingkan dengan anggota dewan, belum ada apa-apanya. Anggota DPR periode sebelumnya masih menyisakan banyak RUU yang belum disyahkan. Alasannya kita semua sudah tahu. Pelesir ria, kongkalingkong, pengadaan Mobil baru, Rumah dinas baru, Laptop seharga 20 juta, suap, Skandal seks, dan alasan menjijikkan lainnya.

Sedangkan anggota dewan tahun ini, sudah terlihat, pasti akan sama dengan tahun sebelumnya. satu-satunya prestasi yang saya lihat adalah, mereka berhasil Mem-booming-kan kasus century, sehingga perhatian rakyat tertuju pada mereka, yang pastinya menguntungkan mereka juga.

Dan yang lebih hebat, Anggota dewan yang terhormat sekarang ini akan menghamburkan uang 1,5 triliun lebih untuk merenovasi Istana keong mereka. Alasannya cukup "masuk akal" gedung
yang mereka tempati saat ini miring 7 derajat dan sudah tua karena sudah dibangun sejak tahun 60-an. Hey, Bung.. rumah tetangga saya malah miring 20-30 derajat dan dibangun sejak zaman belanda tak ada yang peduli. Dan kalau mereka benar-benar wakil rakyat, mereka harusnya sadar, ada jutaan orang yang nasibnya seperti tetangga saya ataupun lebih parah. Wakil kita ini benar-benar takut mati tertimpa atap rupanya.

Bukan berarti saya membela Mulyani. Terus terang, sebagai warga negara biasa, saya muak dengan kasus-kasus seperti itu. setiap hari pasti beritanya mengenai, korupsi, suap, dll. Ingin sekali meskipun cuma sekali, saya mendengar berita bagus tentang negeri ini. Tapi, sepertinya harapan saya itu jauh panggang dari api rasanya. Apalagi melihat mentalitas pejabat, entah itu legislatif, eksekutif, maupun struktural yang masih sangat menyedihkan.

Kalau mereka mau bertanya pada diri sendiri, untuk apa mereka menjadi pejabat, pasti jawaban yang didapat adalah untuk mengangkat status sosial, ataupun mencari penghidupan. Kalaupun jawabannya adalah untuk Rakyat, itu adalah jawaban yang dipaksakan.

Sekarang kalau mereka benar-benar peduli dengan rakyat jangan jadikan Mulyani sebagai alasan untuk mangkir dari tugas.

Nasib Mulyani mengingatkan saya pada 10 tahun yang lalu. Ketika itu, presiden tercinta B.J. Habibi dilecehkan, dicemooh, disoraki oleh orang-orang yang mahatolol ketika beliau memasuki Gedung DPR. Sekarang beliau lebih memilih tinggal di negeri orang, dimana disana ia lebih dihargai.

Sedangkan Sri Mulyani, kita tahu Ia Pernah meraih Penghargaan sebagai Menkeu terbaik 2 tahun berturut-turut. Kalau Ia juga pergi hengkang Indonesia?

Kalau bisa, jangan sampai terjadi lagi seperti kasus pak Habibi. Atau seperti di Thailand, dimana mantan perdana menterinya Thaksin Sinawatra lebih memilih pergi ke negeri lain, dari pada di negerinya sendiri ia di perlakukan semena-mena. Dan sekarang rakyat Thailand baru menyadari kebodohan mereka sebelumnya.

Semoga kita bisa menginstropeksi diri masing-masing.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza