Selasa, 07 April 2009

Tentang Film Laskar Pelangi



Awalnya sih aku ragu dengan film laskar pelangi, apa iya, filmnya akan sebagus novelnya. Soalnya, aku agak jera dengan film Ayat-ayat cinta yang beda jauh dengan novelnya. Trus, jalan ceritanya kayak sinetron murahan.

Tapi sayang sekali, pada pemutaran awal film ini, kira-kira pas bulan puasa tahun 2008, bioskop 21 yang ada di kotaku sedang direnovasi dan baru selesai awal bulan maret 2009. jadi praktis selama kurang lebih empat bulan, aku hampir mati penasaran gara-gara film ini. Ditambah lagi kasetnya belum beredar dipasaran. Untungnya, setelah penantian panjang, akhirnya aku bisa menonton film Laskar Pelangi dari VCD yang aku beli.

Sebenarnya sih, pertama nonton aku kecewa dengan film ini, karena hampir tidak sesuai dengan yang ada dinovel. Dan hal ini membuat aku ngedumel sendiri.
Namun, semua pikiranku berubah ketika aku nonton film ini untuk yang kedua kalinya. Bahkan membuat aku ketagihan hingga aku menyetelnya lagi dan lagi.

Ternyata filmnya memang bagus, dan menurutku antara novel dan filmnya tidak bisa dibanding-bandingkan karena keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang intinya sama-sama bagus.

Film laskar pelangi dibuat lebih runtun dan realistis dengan kehidupan nyata.tapi sayangnya, beberapa frame dalam filmini terasa nanggung. Tapi tak apalah, namanya juga adaptasi dari novel.

Film berdurasi 2 jam lebih 5 menit ini dibuka dengan adegan Ikal dewasa yang pulang kampung yang kemudian menjadi narator “aku” ketika Laskar Pelangi bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong. Pada bagian ini yang membuat aku tersentuh adalah ketika lintang kecil berkata dengan lantang dan polosnya,
“Aku Lintang, Bu dari Tanjung klumpang, aku kemari nak sekolah!”.



Waw.. pikirku, Anak sekecil Lintang sudah menampakkan semangatnya untuk sekolah meski harus mengayuh kereta angin sejauh 40 km dan hanya didampingi surat pengantar dari ayahnya.

Adegan menarik lainnya adalah ketika Ikal jatuh cinta pada kuku-kuku cantik A ling. Kalau kata lintang sih keracunan kuku. Kuku-kuku tersebut serasa bercahaya dan bunga-bunga melayang disekitar Ikal. (So sweet,, jadi inget SMA dulu). Tapi sayang, disini Ikal terlalu kecil untuk adegan cinta-cintaan. Kalau dinovelnya, adegan ini ada ketika Ikal kelas 3 SMP.

Ada lagi adegan ketika Mahar sedang bernyanyi bunga seroja untuk menghibur ikal yang sedang patah hati. Duuuh,,, disini pemeran Mahar; Veris yamarno piawai sekali memerankannya. Sudah cakep, pinter nyanyi lagi. Cocok tuch kalau besar nanti jadi artis. Tapi denger-denger katanya sih kalau besar nanti, dia mau jadi ustadz. Dia pengen sekolah di Gontor trus kuliah di Al Azhar Mesir. Wah,, cocok tuh, bisa jadi Fachri di Ayat-ayat Cinta atau Azzam di KCB. Dua-duanya kan cakep, trus sama-sama kuliah di Al Azhar. Adegan Mahar yang lucu lainnya adalah ketika mengikuti cerdas cermat. Disitu, ketika menekan bel mau menjawab pertanyaan, tiba-tiba lampu blitz kamera mengenainya. Wah… Veris kelihatan blo’on-blo’on cakep gitu.. ha.. ha.. ha… ha..



Salah satu adegan yang paling aku tunggu-tunggu adalah ketika Flo pindah ke SD Muhammadiyah Gantong. Soalnya dinovelmya, adegan ini merupakan adegan yang menarik, lucu dan menggelikan. Dimana Flo, Mahar dan beberapa orang diluar laskar pelangi, mendirikan organisasi perdukunan rahasia “societeit de Limpai”. Mereka berpetualang untuk mencari pulau Lanun dan menemukan Tuk Bayan Tula. Tapi sayang, Bagian ini adalah bagian yang paling nanggung dan tidak jelas. Benar–benar mengecewakan.

Adegan menyentuh lainnya adalah ketika Bu Mus tidak masuk selama lima hari karena sedang berkabung atas meninggal nya pak Harfan. Setelah hari kelima, tinggal Lintang dan Ikal dan bersekolah, bahkan Ikal sendiri sempat kesal dibuatnya. Namun Lintang berhasil menyemangati teman-teman laskar pelangi-nya yang lain dan menjemput mereka dirumah masing-masing. Aku sangat terharu dengan adegan ini, dimana tanpa guru pun mereka masih mau belajar, bahkan Lintang dengan sukarela mengajari teman-temannya.

Adegan puncak yang benar- benar memilukan adalah ketika ayah Lintang meninggal dunia dan Lintang harus berhenti sekolah.
“Ibunda Guru, ayah ku telah meninggal. Nanti aku akan ke sekolah untuk menyampaikan salam terakhir ku pada Ibu dan teman-teman,
Salam ku, Lintang.”
Huaaa,,,,, mendengar isi suratnya yang singkat dan padat itu membuat hatiku tersayat-sayat. Ibu Mus dan anak-anak Laskar Pelangi yang lain tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih Ikal, Ia sepertinya orang yang paling tidak rela di tinggal sahabatnya itu. Seseorang yang selalu datang lebih pagi ini harus paling dahulu meninggalkan mereka semua, begitu kata Ikal. Akhirnya permata Belitong itu kehilangan kilaunya di telan lumpur hitam pendidikan negeri ini dan juga kemalangan.



Andrea hirata memang hebat bisa menciptakan tokoh Lintang dengan segala Ironinya. potret anak bangsa yang harus menggantung segala asa karena dikalahkan oleh kemalangan dan kemelaratan. Aku yakin, diseluruh pelosok negeri ini, pasti banyak Lintang-lintang yang bertebaran dan tak berdaya.

Salut buat Bang Riri Reza yang berhasil menghidupkan Laskar pelangi menjadi film lengkap dengan Nuansa tahun 70-an yang benar-benar kental.

Ditunggu ya,, film Sang Pemimpi-nya….: )

Rukunnya… iman itu
Ada 6 perkaranya….
Yang pertama…
meng Imankan pada Allah yang kuasa..
kedua Malaikat
ketiga Kitab-Kitab
keempat para rosul
kelima hari kiamat
ke enam mengImankan takdir baik dan buruk
itu semua dari Allah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza