Sabtu, 14 Maret 2009

Sang pengatur rezeki

Rizki sudah ada yang mengatur. Ya,, aku percaya akan hal itu.
aku yakin setiap orang sudah ada rezeki mereka masing- masing. Entah itu Uang, jodoh, pintar, sehat, makanan atau bahkan sesuatu yang sering kita sebut dengan keburuntungan.

Seperti halnya takdir, rezeki pasti sudah Ia atur sedemikian rupa, sehingga orang orang sudah dapat jatah mereka masing-masing termasuk aku sendiri. tinggal bagaimana cara kita mensyukuri nikmat yang telah ia berikan. Karena seperti apapun rezeki yang kita dapatkan, asalkan kita mau bersyukur pasti nikmatnya terasa berlipat-lipat.

Ngomong-ngomong tentang rezeki yang sudah di tentukan, aku teringat dengan apa yang dikatakan oleh dosen ku di depan kelas. Ia bilang bahwa rezeki baik bentuk atau ukurannya jika ditakdirkan milik kita pasti akan menjadi milik kita. Tinggal bagaimanan cara kita mendapatkannya. Ia mencontohkan Si Maling ayam. Ayam yang ia dapatkan hasil mencuri sebenarnya memang rezeki dia tapi sayang caranya saja yang tidak benar. Sebenarnya pada hari itu ia pasti bisa mendapat kan ayam tanpa mencuri.

Tentang mensyukuri nikmat, Bundaku tercinta lagi ku sayang selalu mengajarkan pada ku agar aku terus bersyukur terhadap apa yang aku dapat. Karena dengan mensyukuri apa yang kita dapat, bunda bilang kita akan mendapatkan ketenangan. Dan Satu lagi jangan pernah sungkan memberi kepada orang lain apa yang mampu kita beri. Yakin, pasti kenikmatan rezeki Ilahi itu makin berlipat-lipat.

mempraktikkan Pelajaran yang aku dapat dari orang orang sekitarku dengan keadaan ku saat ini. Ternyata rasanya sakit- sakit menyayat. Bahkan terkadang sensasinya luar biasa, jalan kehidupan ternyata tak selalu lurus lagi mulus.

Beberapa contoh dalam hidupku diantaranya., Ketika Ujian di semester yang lalu, hasil ujian yang kudapatkan amat sangat tidak menyenangkan, Ku coba tuk bersyukur dan kulanjutkan daya upaya ku untuk bangkit. Namun ternyata Rabb-ku masih menghendaki lain hal yang sama menyusul pada ujian ujian berikutnya. Sakit- sakit rasanya.

Hingga akhirnya terkadang, aku mengumpat diri sendiri, menyesali diri sendiri. Bahkan aku membanding- banding kan nasib ku dengan nasib orang lain yang lebih beruntung. Namun ternyata, hal itu membuat aku makin sakit. Ku tumpah kan segala tangis ku di sujud malam ku. Alhamdulillah, ternyata aku masih Ia beri kesempatan untuk bersyukur. aku bersyukur bahwa aku masih bisa bersyukur. Aku mencoba untuk menyusun kepingan harapan. Aku percaya, sebenarnya nilaiku pasti bagus semester ini., hanya saja, aku merasakannya bukan sekarang tapi tahun depan. Ya, aku percaya.

Bulan ini ada penerimaan beasiswa baru, beasiswa BBM dan PPA. dan total kuota keduanya lebih dari 300 orang per fakultas. Jika dapat, seorang akan mendapatkan kira - kira 3 juta rupiah. Aku bingung, apakah aku harus ikut mengajukkan atau tidak. akhirnya, aku putuskan Aku Ikut.

Namun sayang, Salah satu persyaratan tak bisa ku penuhi yaitu surat keterangan miskin. Keluarga ku memang bukan orang kaya, Tapi kami juga tidak terlalu miskin. Kami masih bisa makan sehari- hari. dan kata Ayah ku, dia masih bisa membiayai kuliah ku dan sekolah 3 adikku, setidaknya hingga saat ini. Ayahku menyaran kan pada ku agar aku tak perlu ikut beasiswa itu. Beberapa orang menyarankan agar aku memalsukan surat itu, Namun hati kecil ku berkata lain. aku tak tahu kenapa. yang jelas aku kurang "sreg" dengan hal itu.

Meski aku lihat, banyak orang lain yang bisa dikatakan sangat mampu masih mengajukkan beasiswa. Atau Seseorang yang masih mendapat beasiswa yang jumlahnya cukup besar. tega - teganya ikut mengajukkan lagi. Padahal Salah satu syaratnya tidak sedang menerima beasiswa lain.

Aku menggerutu, kenapa syarat tahun ini berbeda dengan tahun lalu, kenapa tahun ini harus pakai surat keterangan miskin. Yah, sudahlah, mungkin bukan rezeki ku. Mungkin cara Dia memberiku Rezeki bukan dengan jalan ini. Mungkin dengan jalan yang lebih indah dan jumlah yang lebih besar, mungkin.

Posting yuza sebelumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza