Kamis, 22 Agustus 2013

Nurani


Zaman sekarang, antara haq dan yang batil telah berbaur dan tercampur aduk. Seperti adonan roti yang dicampur dengan pemanis, pengawet dan pewarna buatan. Memang rotinya enak, sedap dipandang, dan aromanya menggugah. Tetapi tetap saja berbahaya bagi tubuh.

Orang mengatakan bahwa sulit membedakan antara yang haq dan yang batil. Tentu saja sulit jika menggunakan kacamata kerongkongan, perut, selangkangan, dan kacamata jasmani lainnya.

Tuhan menganugrahkan kita nurani. Yang dengannya kita bisa membedakan yang baik dan yang buruk. Seperti halnya indera  kita yang bisa membedakan antara manisnya siklamat dan gula aren, serta kuningnya tartrazin dengan kunyit.

Nurani kita selalu bicara setiap kita melakukan sesuatu yang batil. Ketika kita mencoba berbohong, bergosip, menipu, mencuri, memakan harta yang haram, korupsi dll, ia akan membuat dada kita berdebar kencang, terkadang kita berkeringat dingin. Nurani merespon dengan membuat kita merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuh kita sendiri. Tapi sayang, tak sedikit orang yang mengabaikan jeritan nurani atau malah mematikannya.

Seiring dengan berjalannya waktu, perbuatan-perbuatan itu pun dianggap wajar, tubuh dipaksa membiasakan diri dengan perbuatan buruk ataupun menyerap zat-zat dari harta-harta haram. Sebagaimana tubuh beradaptasi  terhadap benda-benda asing yang masuk kedalam tubuh. Efeknya memang bukan sekarang, tapi pasti akan terjadi. Tahukah kita bahwa  sebenarnya perlu bertahun-tahun untuk terjadi serangan jantung, stroke, diabetes, ginjal, kanker dan penyakit-penyakit orang kaya lainnya. Penyakit-penyakit itu memang datang seperti mendadak, namun tanpa disadari, kita sendirilah yang memelihara mereka selama bertahun-tahun.

Semua ada prosesnya. Mau ke surga ada prosesnya, mau ke neraka pun juga ada prosesnya. Jadi orang baik penuh resiko, tapi jadi orang jahat pun tak kalah banyak resikonya. Bedanya, hal-hal baik mengandalkan nurani dan akal sehat. Sedangkan hal-hal buruk mengandalkan nafsu.

Orang bilang, untuk jadi sehat itu mahal, tapi mereka lupa berpikir bahwa untuk jadi orang penyakitan jauh lebih mahal. Sebagai contoh, air putih itu baik untuk kesehatan bahkan seringkali kita mendapatkannya secara gratis. Namun kenyataannya lebih banyak orang yang memilih Jus kemasan, Soda, atau pun minuman beralkohol yang tentunya jauh lebih mahal.

Dengan alasan agar terlihat modern, kita abaikan kesehatan kita. Dengan alasan supaya terlihat seperti manusia beradab, kita paksakan otak kita menerima ideologi dan teori antah barantah dengan mengabaikan nurani.

Kita memaksa diri kita untuk menerima teori mengenai inflasi. Lalu dengan gampangnya kita menghina seseorang dengan kata-kata bodoh karena orang itu protes mengenai kenaikan harga dan membanding-bandingkan harga 15 tahun yang lalu dengan harga-harga sekarang. Padahal Sebenarnya hati kita juga ikut menjerit memikirkan pengaturan keuangan ke depan. Sedangkan kita sendiri tidak berbuat apa-apa ketika tetangga kita kelaparan ataupun cuek bebek ketika makin banyak janda2 tua renta yang menjadi pengemis. Kita tidak berbuat apa-apa karena kita meyakini bahwa menurut teori ekonomi yang kita yakini, hal ini wajar terjadi.

Contoh lain adalah ketika kita anti dengan homoseksual, namun supaya terlihat modern dan berpendidikan, kita paksakan diri kita memaklumkan tindakan-tindakan kaum luth tersebut.

===
Perbuatan buruk yang dipropagandakan sebagai hal yang baik, dimaklumkan sebagai hal yang biasa, dan dianggap wajar oleh masyarakat banyak, tetap saja merupakan perbuatan buruk.

Seringkali orang yang melakukan perbuatan2 buruk nasibnya "lebih baik" dari orang selalu menjaga dirinya. Tak perlu risau, bisa jadi itu adalah Istijrad (siksa yang ditunda). Ditunda sampai kapan? entahlah. Yang pasti, setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan saat itulah pengadilan yang sesungguhnya akan digelar. Semua akan diadili dengan seadil-adilnya Termasuk Koruptor yang lolos dari hukuman dunia, Petugas KPK, Hakim Agung, Tukang begal, Polisi, Politisi, Pegawai Bank, Wartawan, Karyawan Oil Company, Dosen, Mahasiswa, Petani, Ibu rumah tangga, PNS, Kyai, Ustadz, Yang menulis tulisan ini, dan semua makhluk hidup sejagad.

Seperti halnya kampanye back to nature yang digadang oleh para praktisi diet, mungkin kita juga perlu merestorasi diri dan sikap untuk kembali kepada fitrah kita sesungguhnya. Membuka mata hati, melihat ke sekitar, dan melakukan apa yang nurani kita katakan.

==
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
(QS Fathir:8)


Bdg, 23-8-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza