Ada sebuah fenomena unik yang ku temui ketika
aku pulang kampung kemarin. Fenomena cukup unik menurutku, karena biasanya aku mendengar hal ini hanya terjadi di Pulau
Jawa dan daerah lainnya yang tingkat kepercayaan terhadap hal-hal berbau klenik
masih cukup tinggi.
Siang itu, aku cukup dikagetkan dengan cerita
orang rumah, bahwa di kampung ibuku ditemukan air yang seperti mendidih. Banyak
orang-orang yang ke sana untuk melakukan pengobatan, karena katanya air
tersebut memiliki khasiat yang sama seperti obat. “Mungkinkah itu sumber air
panas yang baru muncul ,”pikirku seketika.
“atau jangan-jangan sumber panas bumi yang baru tersingkap?” tanyaku
pada diri sendiri. Sebagai orang yang memiliki latar pendidikan di bidang ilmu
kebumian, hal-hal seperti itu sangat menggoda insting ku. Dan khayalan ku pun
kemana-mana. Aku mulai menghubung-hubungkan kondisi geologi daerah itu dengan
kemungkinan adanya sumber-sumber energi terbaharukan. Apalagi dua bulan yang
lalu telah muncul sumber air panas baru di Natar, Lampung Selatan.
Penasaran ku sedikit memudar ketika aku
mendapat jawaban tidak atas pertanyaan-pertanyaan yang ku ajukkan berikutnya.
“Apakah airnya panas?” “Tidak.” “Apakah ada gelembung-gelembung gas?” “Tidak.”
“Apakah ada bau di sekitar sumber air itu?”Tidak.”
Untuk melampiaskan rasa penasaran ku,
akhirnya ku putuskan untuk melihat sumber air itu secara langsung.
Dari
cerita saudaraku yang rumahnya tak jauh dari tempat itu, aku tahu bahwa sumber
air itu telah membuat heboh masyarakat selama satu bulan ini. Banyak orang yang
berduyun-duyun datang untuk melihat sumber air itu. Bahkan Camat dan Pemuka
agama pun sempat meninjau lokasi tersebut. Kebanyakan orang-orang datang untuk
berobat. Baik dengan mandi di tempat tersebut,
atau pun meminum airnya langsung. Banyak yang meyakini bahwa air itu memiliki
khasiat yang mujarab. Apalagi menurut cerita yang beredar, ada orang yang
bahkan bisa berjalan setelah meminum dan mandi di air tersebut. Padahal
sebelumnya orang itu lumpuh karena stroke.
Sumber air itu berada di Dusun Ponpon, Desa
Negeri Sakti, Kecamatan Sungkai Barat, Lampung Utara. Cukup sulit untuk menuju
ke sana karena kondisi jalan yang buruk. Di sepanjang jalan, kita akan banyak
dapati kebun lada dan karet. Sampai di sana, motor diwajibkan parkir ditempat
yang telah disediakan. “Waw, sebuah kemajuan,” pikirku dalam hati. Wajar aku
berpikir seperti itu, karena baru kali ini ada parkiran berbayar di tengah
kebun di dusun yang terpencil. Hebat sekali paham Uang-isme ini.
“Sebelumnya tak ada parkiran seperti ini.
Orang-orang bisa bebas lalu lalang di kebun singkong itu. Tapi karena terlalu banyak orang, kebun
singkong itu jadi rusak, akhirnya si empunya kebun melarang motor untuk masuk
kebun ” jelas tukang parkir. “Masuk
akal, Kreatif sekali orang ini, bisa melihat peluang,” benakku.
Perjalanan pun dilanjutkan dengan berjalan
kaki melintas kebun singkong yang sudah sekarat karena hujan tak juga datang
dalam beberapa bulan ini. Lokasi sumber
air itu memang tak jauh dari parkiran, hanya saja setelah melewati kebun
singkong, kondisi jalan menjadi lebih curam. Ada dua jalur, yang satu memutar
tapi tak begitu curam. Satu lagi cukup terjal, tapi dekat. Bahkan titik lokasi bisa
terlihat dari tempat ku berdiri saat itu. Aku pun memilih jalur yang curam.
Lebih menantang.
Jalan curam ini ternyata bebar-benar curam.
Kalau tidak berhati-hati bisa terpeleset dan langsung meluncur ke dalam lembah.
Untungnya orang-orang penjaga sumber air itu cukup kreatif dengan membuat
tangga dengan menggali tanah di sepanjang jalan yang curam itu.
Jalan curam menuju lokasi sumber air |
Sampai di sana, tak ada sesuatu yang “waw”
(menurutku). Di sana ada lebih dari 10 orang pria sedang duduk-duduk di bawah
tenda yang mereka buat. Sepertinya ada hal penting yang sedang mereka tunggu.
Selanjutnya, tepat di tempatku berdiri saat itu, adalah sumber air yang
menghebohkan itu.
“Hah, seperti ini saja?”
Sumber air itu ternyata mata air biasa yang
sedang mengeluarkan air. Kadang sedikit, kadang banyak. Sehingga terlihat
seperti menggelegak. Airnya cukup jernih dan sangat menyegarkan. Cocok untuk
cuaca panas di musim kemarau seperti ini. Hal ini sangat wajar, karena posisi
nya berada di lembah. Setidaknya itu simpulan yang bisa ku ambil.
Bahkan
daun Bambu pun jadi media untuk melihat
nomor Togel
Tempat air itu dibuat seperti tempat
pemandian, dengan bambu sebagai tempat pijakannya. Lalu dikelilingi oleh kain
kafan. Disediakan juga kotak bekas air
mineral untuk memberi uang secara sukarela.
Yang
cukup menarik perhatian ku adalah ketika ada beberapa orang yang menancapkan
daun bambu di dasar air, dan tak berapa lama kemudia mereka mencabutnya, lalu
menerawangnya ke arah matahari seperti mengecek tanda air pada uang kertas.
Menerawang daun bambu, berharap keluar nomor. |
Setelah kutanya, ternyata mereka sedang
menerawang nomor Togel yang akan keluar. Bukan Cuma sekali, tapi juga berkali
kali mereka melakukannya. Bahkan orang-orang yang sedang duduk di bawah
tenda itu ternyata sedang melakukan hal
yang sama. Mencari nomor Togel.
Sebelum diterawang, ditancapkan dulu di dasar mata air. |
Menurut cerita orang-orang di sekitar situ,cara
seperti itu cukup ampuh. Beberapa nomor yang dipasang keluar. Bahkan mereka
bisa membeli terpal, kain kafan, dan membangun tempat itu karena sumbangan orang-orang yang menang
togel sebagai ucapan terima kasih. Yeah,
Kombinasi yang sempurna antara sugesti, keberuntungan, dan hasutan iblis.
Mengambil air, berharap berkah dan kesembuhan. Efek dari mahalnya biaya kesehatan? |
Asal
mula cerita.
Cerita
yang mengehebohkan itu ternyata dimulai satu bulan yang lalu. Ketika itu
seorang pekerja sedang kehabisan air minum. Orang itu kemudian menemukan sumber
air itu. Setelah mendapat minum, orang itu kemudian seperti melihat nomor pada
daun bambu. Singkat cerita orang itu memasang nomor togel dan tak dinyana dia
menang. Kemudian dia mengulang kembali
ritual yang tak disengaja itu. Beruntungnya dia menang lagi. Dia
kemudian bercerita pada orang lain sehingga cerita itu menyebar dari mulut ke
mulut. Dan entah dari mana, cerita pun bertambah dengan khasiat obat dari air
tersebut.
Cukup miris melihat fenomena ini. Kombinasi
Kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan mahalnya layanan kesehatan membuat pola
pikir orang-orang ini berjalan mundur . Sebuah fenomena yang tak pernah terjadi
sebelumnya pada masyarakat Lampung tapi akhirnya terjadi juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu
Adi Yuza