Tahukah anda seberapa banyak waktu yang anda habiskan ketika anda memutuskan berangkat dan pulang kerja dengan Transjakarta?
Dari Hitung-hitungan saya, rata-rata waktu tempuh dengan Transjakarta dari Kampung Rambutan – Kuningan (kebetulan tempat kerja saya di daerah Kuningan) saat jam kerja adalah 2 Jam.
Ketika berangkat, saya pernah coba berangkat jam 5, Jam 6, Jam 7, jam 8, semuanya sama, butuh waktu 2 Jam untuk sampai tujuan. Begitu juga dengan jam pulang kerja, butuh waktu 2 jam. Bahkan kadang, butuh waktu 2,5 – 3 Jam untuk sampai di rumah.
Saya juga pernah coba rute yang lain.
Waktu yang diperlukan untuk sampai di Mangga Dua dari Kampung Rambutan adalah 2 jam (bukan jam kantor). Waktu tempuh dari Kuningan ke Grogol ketika jam pulang kantor adalah 2 Jam. Kemudian dari Kuningan ke Ancol juga 2 jam (bukan Jam kantor) dan 3 jam ketika Jam pulang Kantor.
Oke, anggaplah waktu yang dihabiskan untuk Berangkat/Pulang masing-masing adalah 2 jam. Jadi total waktu yang dihabiskan di perjalanan dalam satu hari adalah 4 jam.
4 jam x 5 hari Kerja = 20 jam
Dalam 1 Bulan ( 4 Minggu)
20 jam x 4 = 80 jam = 3,33 hari (Jadi dalam 1 bulan kita menghabiskan waktu 3,33 hari di dalam Bus Tranjakarta
Dalam 1 Tahun (12 Bulan)
80 jam x 12 = 960 jam = 40 hari = 1 bulan 10 hari (Jadi selama 1 tahun kita membuang-buang waktu kita selama 1 bulan 10 hari di dalam bus.
Bagaimana kalau semua ini kita jalani sampai 10 tahun?
Maka 40 hari x 10 = 400 hari = 1 tahun 1 bulan 5 hari
Bayangkan. Sebanyak itu waktu kita yang terbuang percuma!! Tidak produktif, dan membosankan.
Bahkan untuk sekadar membaca buku pun tak bisa dilakukan ketika jam berangkat atau jam pulang kantor.
Antri di halte serasa masuk ke dalam panci kukusan yang jejal-jejalkan.
Di dalam Bus rasanya seperti sampah yang dipaksa masuk oleh pemulung di dalam karung. Sesak, dan penuh derita. Jangan kan untuk membaca, masih bisa bernapas pun suatu mukjizat.
Harus seperti ini teruskah transportasi massa di Jakarta?? Tidak efektif, tidak efisien, Tidak berkelas, Tidak nyaman, Tidak Manusiawi, dan tidak lainnya..
Sungguh, dulu saya berharap banyak dengan Bus Transjakarta. Tapi sekarang, tidak sama sekali. Tidak ada bedanya dengan moda transportasi lainnya. Nothing Special! Malah menjadi masalah baru bagi keruweten jalan di Ibukota.
Jika dulu sebelum ada Transjakarta, kemacetan sering disebabkan oleh Lampu merah yang bertebaran di mana-mana. Sekarang Transjakarta menjadi penyebab kemacetan berikutnya akibat badan jalan yang dicomot untuk Jalur Bus.
Sebagai rakyat kita memang tidak bisa memilih. Karena memang tidak ada pilihan. Kalau boleh saya sarankan, sekiranya ada duit lebih, jangan beli motor atau mobil mewah. Belilah Helikopter pribadi. Pasti lebih bermanfaat. terutama untuk menghindari jalanan Ibukota yang kemacetannya sudah akut.
“Jakarta bebas macet? Mungkin hanya Ilusi, atau hanya mitos yang menjadi legenda kota”
“MRT? Jangan dulu berharap banyak, nanti malah sakit hati. Monorail yang dulu digadang-gadang bakal wah malah mati di tengah jalan. Transjakarta mesti jadi pelajaran bagi kita. Memang pas tahun pertama dan kedua enak. Tapi pas tahun-tahun selanjutnya…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu
Adi Yuza