Setiap orang pasti punya masalah, dan setiap orang pasti pernah merasakan kegundahan atas masalah yang sedang ia pikirkan. Namun tak sedikit pula, orang yang terlalu mendramatisir masalah yang sedang ia hadapi. Padahal, jika diamati, masalah yang sedang ia hadapi adalah hal yang begitu sepele.
Banyak diantara kita yang terlalu membesar-besarkan masalah, meski sebenarnya, masalah yang kita hadapi tak serumit yang kita pikirkan. Bahkan hal yang sepele pun menjadi rumit manakala kita menghadapinya dari sudut pandang orang yang paling sial sedunia.
Contohnya, ketika kita sedang naik angkutan umum, tiba-tiba kendaraannya berhenti mendadak, bukannya memaklumi atau berprasangka baik terhadap si supir maupun keadaan. Dengan penuh percaya diri kita yakin bahwa kita berhak untuk marah. Kita berhak memaki-maki supir yang telah merugikan bisnis atau urusan kita. Tak jarang kalau sudah benar-benar kesal, kita turun juga dari mobil.
Contoh lainnya, saat kita mengantri berjam-jam untuk mendapatkan tiket, selama itu pula rasanya semua lemak bertumpuk di betis. Namun pada saat giliran kita, penjaga loket berkata, “Sekarang waktunya istirahat, sebentar lagi pengganti saya datang”.
Wajah kita luar biasa merah menahan marah, Urat-urat muncul di kepala, dan nafas naik turun seperti banteng. Dan dengan semangat kita memaki-maki orang itu sebagai orang yang tidak bertanggungjawab, orang yang tidak professional, orang yang suka mempermainkan. Dan kita pun keluar dari antrian sambil marah-marah.
Dengan begitu, bukankah kita mengalami kerugian yang lebih besar. Apalah artinya menunggu sedikit lagi dibandingkan perjuangan menunggu berjam-jam yang telah kita lakukan.
Tak jarang pula kita merasakan kegundahan yang luar biasa, seakan-akan diri kita sedang berada di tengah-tengah perang yang sedang berkecamuk, lengah sedikit saja, peluru akan melubangi jantung kita dan menghamburkan otak kita. Padahal nyata-nyata kita sedang berada di tempat tidur yang nyaman. Peperangan ternyata berkecamuk di dalam hati kita, yang pada akhirnya hanya akan melukai diri sendiri lalu menggerogoti tubuh ini sedikit demi dalam artian yang sebenarnya.
Kita marah dengan nilai ujian yang jelek, kita marah karena tidak mendapat beasiswa, kita marah dengan supir angkot yang berhenti seenaknya, kita marah karena apa yang kita usahakan selama ini tidak mendapat hasil.
Jangan biarkan masalah-masalah kecil itu mengganggu kita. Biarkanlah berbagai peristiwa di dunia ini berlangsung sebagaimana semestinya. Kita boleh memikirkannya, namun jangan semua kita masukkan kedalam hati. Kita harus memilah dengan akal, mana masalah yang lebih penting untuk kita selesaikan dan kita pikirkan.
Saya pernah merasakan kesedihan yang mendalam. Tapi, apakah yang saya dapatkan? Tidak ada sama sekali. Pikiran kalut akan membutakan mata hati sehingga segala hal akan terasa rumit. Karena itulah saya bisa menyimpulkan bahwa bersedih terus menerus merupakan suatu kondisi psikis yang sama sekali kontra produktif. Tidak bisa disangkal lagi bahwa kesedihan, kegundahan adalah suatu kodisi yang paling besar dimana efek sakitnya sangat tersa bagi tubuh maupun jiwa.
Kesedihan bisa teratasi apabila kita mau mengendalikan cara pandang hidup, berfikir positif dan memaksimalkan kesungguhan dan ketekunan. Kalau bisa istiqomah/konsisten melakukannya, InsyaAllah akan lahir perilaku yang menakjubkan dan mencengangkan. Semuanya perlu praktik yang nyata untuk mencapai kebahagiaan yang kita inginkan.
Tak selamanya kesulitan itu harus dibenci. Tak sedikit kesulitan yang pada akhirnya membawa efek positif. Jangan takut menderita dan jangan takut sengsara, karena kesulitan-kesulitan itulah yang bisa menjadikan kita seseorang yang lebih kuat dari sebelumya, dan orang yang lebih bijak tentunya.
Orang yang yang pernah mengalami kesialan, tentunya lebih mudah menceritakan bagaimana kesialan itu, dan mengapa kesialan itu bisa terjadi. Sehingga bisa jadi pelajaran bagi yang mendengarkannya.
Orang yang hampir tertabrak mobil tentu mampu menceritakan betapa mengerikannya berada di dekat malaikat maut.
Orang yang kehilangan laptop di masjid tentu bisa menceritakan betapa tidak enaknya kehilangan, dan betapa pentingnya bersikap hati-hati dimanapun berada.
Orang sukses yang dulu nya melarat tentu ceritanya lebih menyentuh dan mengharukan ketika ia menceritakan masa lalunya kepada orang lain. Sehingga orang lain menjadi lebih termotivasi, dan menyadari bahwa perlu perjuangan gigih untuk meraih apa yang diinginkan.
Mereka semua telah mempelajari dari apa yang telah mereka alami dan rasakan.
Kalau kita mau berpikir,maka pengalaman demi pengalaman tersebut dapat membuat kita lebih bijak dalam menghadapi hidup. Kita pun dapat lebih merasakan penderitaan orang lain ketika mereka mengalami hal yang serupa dengan yang pernah kita alami.
Seorang mukmin mengetahui bahwa kesulitan-kesulitan diberikan Allah untuk menguji manusia. Mereka tahu bahwa kesulitan tersebut dibuat untuk membedakan antara orang yang benar-benar beriman dan mereka yang berpenyakit hati. Untuk membedakan orang yang tulus orang dan yang mengharapkan balasan.
Jika kita menginginkan hidup tenang dan tidak terguncang oleh badai kehidupan yang sering tiba-tiba menerpa, hadapilah segala urusan itu dengan keberanian dan keteguhan. Dan percayalah, Allah tidak akan menguji kita melebihi kemampuan kita. Karena sesungguhnya di balik kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan.
Mantap sob, tukeran link yach, mungkin kamu butuh dokumentasi seperti wedding dan sebagainya ... untuk wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya, silahkan kunjungi blog kami, jangan lupa komentarnya
BalasHapus