Sabtu, 13 Desember 2008

detik2 menuju 2009


Tahun 2009 tinggal sebentar lagi. Sebenarnya tidak ada yang spesial dalam pergantian tahun karena setiap tahun selalu ada. Tapi ada yang berbeda untuk tahun yang akan datang, terutama untuk bangsa Indonesia, apalagi kalau bukan Pemilu. Suatu kegiatan percuma yang hanya menghabis-habiskan uang negara hanya untuk mendapatkan penguasa.
Tapi, walaupun begitu ada baiknya kita komentar sedikit.
Menjelang tahun 2009, muka- muka lama mulai bermunculan kembali. apalagi alasannya kalau bukan untuk menarik simpati rakyat yang sudah sangat lelah karena sejak lahir di jidat mereka sudah di stempel hidup untuk susah. Kampanye mereka sangat kuno dan terbelakang. Cara yang mestinya sudah ditinggalkan sejak era reformasi dimulai. Mereka masih saja mengobral janji- janji yang hanya membuat rakyat Indonesia makin muak, terlebih saya sendiri. Lihat saja contohnya Prabowo, Megawati, dan masih banyak lagi yang tentunya akan mulai menunjukkan batang hidungnya pada awal 2009 dan saya yakin kalau calon - calon tsb masih orang jaman dulu.

Terus terang, saya sangat malas melihat iklan mereka di Televisi. Mereka ber"besar-omong" ria bahwa mereka mampu menjadikan Indonesia inilah, itulah. Begitu entengnya mereka berbicara mampu menciptakan sembako murah tanpa berpikir rasional akan keadaan ekonomi secara global. Atau kampanye yang selalu ada suara wanita setiap dia menyatakan sesuatu. Atau bahkan yang lebih ekstrem lagi adalah, kampanye kakek-kakek tak tahu diri yang malah mengajak golput karena dia tak memenuhi syarat untuk dipilih.


2009 semakin dekat, makin sering saja mereka mencari- cari kesalahan pemerintah. Makin banyak Pula mereka yang melakukan persekutuan antar mereka yang mereka anggap se-Ideologi. Atau bahkan banyak diantara mereka yang sering foto - foto dengan petani, pedagang tradisional, orang- orang miskin, dan orang-orang malang lainnya. seolah -olah mereka objek foto yang menarik untuk dipasang di media.

Saya memang kurang paham mengenai dunia politik, tapi cara mereka benar- benar tidak cerdas. Mereka hanya mamfaatkan momen pemilihan untuk menjadi malaikat.
Kalau mereka pintar, mengapa mereka tidak bekerja sama dengan pemerintah sejak awal untuk mensejahterakan. Mengapa orang -orang tua seperti mereka yang ikut pemilihan selalu bermusuhan dengan orang yang menang pemilihan jika mereka kalah.


Mereka bilang Inilah demokrasi. Tapi saya selalu ragu, apakah Indonesia pantas dengan Demokrasi nya. Pernah saya dengar pernyataan dari PM Singapura Lee Hsien Long yang mengatakan bahwa Disiplin lebih penting daripada demokrasi untuk negara Asia. Tapi,, adakah sistem yang lain yang benar- benar pantas untuk Indonesia kita tercinta ini...? mungkin Anda tahu... (Yuza)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza