Tulisan ini saya copy dari diskusi para ahli gempa di status Facebook berikut komentarnya dari akun Pak Irwan Meilano, seorang ahli gempa ITB yang juga dosen saya. Mudah-mudah bermanfaat. :)
Gempa selatan Jawa Tengah (selatan
Cilacap-Kebumen) Magnitude 6.5. Sumber gempa berjarak 40km dari garis pantai
pada kedalaman 88km.
Berdasarkan kedalamannya maka gempa berada pada bidang benioff. Mekanisme gempa yaitu thrusting (sesar naik) dan terkait dengan aktivitas subduksi. Karena lokasi gempanya cukup dalam, maka goncangan dirasakan di wilayah cukup luas, bahkan sampai pantai utara Jawa.
Berdasarkan kedalamannya maka gempa berada pada bidang benioff. Mekanisme gempa yaitu thrusting (sesar naik) dan terkait dengan aktivitas subduksi. Karena lokasi gempanya cukup dalam, maka goncangan dirasakan di wilayah cukup luas, bahkan sampai pantai utara Jawa.
Rovicky Dwi Putrohari Saya masih ga ngerti kenapa di benioff zone
kok bisa sesar normal ? Bagaimana kinematikanya karena pikiran saya disitu
compression zone, bukan extension. Cmiiw.
Awang Satyana Pak Rovicky Putrohari, bidang miring zone Benioff itu panjang,
sekitar 700 km. Zona kompresi di Benioff zone hanya ada di tempat dangkal
terutama di wilayah kontak/ intercept antara lempeng benua dan lempeng samudera
di tempat terjadinya interlocking antarlempeng karena dalam posisi saling
menekan. Lepas dari zona intercept ini, yang secara vertikal bisa sampai
kedalaman sekitar 50 km bergantung kepada tebal kerak benua dan akresinya dan
kemiringan subduksi, tak ada lagi dominasi compressive stress. Di kedalaman di
bawah intercept itu justru bisa tension stress sebagai release tension atas
compressive stress di intercept. Dan makin ke bawah Benioff, terutama lebih
dalam dari 300 km justru normal faulting yang dominan, disebabkan: slab pull
dari bawah Benioff zone, rigiditas lempeng litosfer yang berubah, dan gerak
tunjaman downgoing plate serta extension yang dialaminya (implikasi rheology
yang berubah).
Rovicky Dwi Putrohari Trimakasih penjelasannya pak
Pak Awang, apakah gaya ini merupakan efek gravitasi juga sebagai gaya utamanya
? Kalau berada di downgoing yang kedalamannya sudah di bawah moho memang logis
bila ada extension. tetapi kalau sangat dalam mengapa penyebarannya lebih luas
? bukannya "ray-path"-nya melalui mantel atas yang lunak justru
gelombangnya terredam disitu. Jalur 1 atau 2 cmiiw.
Awang Satyana Pak Rovicky Putrohari, iya gravitasi oleh slab pull dan tension
release adalah kinematika deformasi utamanya. Makin dalam pusat gempa bisa
makin luas spektrum pengaruh getarannya secara regional, tetapi tidak bisa
terlalu dalam karena harus mempertimbangkan rheology slab dan mantel
sekelilingnya. Gelombang dari pusat gempa menengah atau dalam, yang terjadi di
lempeng samudera (slab EQ) berpropagasi dengan dua cara (yang sudah digambarkan
itu), cara no 2 adalah yang utama sebab rigiditas lempeng tetap lebih tegar
dibandingkan astenosfer di sekeliling subducted slab. Cara no 1 terjadi melalui
perambatan gelombang seperti berjalannya gelombang air di atas permukaan kolam
ketika kita melemparkan batu ke dalam kolam. Ini merambat lebih lambat sebab
rheology mantel lain dengan slab. Semakin dalam gempanya, semakin lemah cara no
1 ini. Gempa kemarin, dengan kedalaman 87 km sebenarnya di transisi antara
gempa dangkal dan menengah. Sehingga, cara no. 2 adalah yang utama dan
menyebabkan kerusakan puluhan rumah roboh di Jawa Tengah bagian selatan. Lalu
cara no 1 meskipun lebih lambat tetap dirasakan oleh orang2 di Jakarta,
Bandung, juga beberapa kota di pantura Jawa. Perjalanan gelombang dari media
semi-rigid seperti astenosfer ke media rigid seperti kerak benua belum tentu
teredam Pak, bisa saja malahan teramplifikasi kalau energi gelombang saat
transfer dari media semi-rigid ke rigid masih cukup di atas nilai kritisnya
untuk mengalami atenuasi.
Surono Mbah Rono Wah jika hanya krn gaya berat
yg berperan, jarak titik gaya tertinggi thd pusat bumi sangat kecil, sangat tdk
masuk akal bila menghasilkan energi besar hingga 6.3 SR lebih. Pasti ada gaya
yg lbh besar dr gaya gravitasi, saya lbh percaya gaya dorong dr lempeng
Australia. Resultante: gaya berat dan gaya dorong lempeng Australia dan cosinus
sudut miring penunjaman tsb yg "pegang peran penting pemicu gempa
Kebumen". Resultante tsb yg mirip "tarikan kebawah". Bagian yg
lunak tdk meredam energi gelombanh, peran dia hanya memperlambat cepat rambat
gelombang gempa "krn ada kontras impedansi yg tinggi yg merupaka perbandingan
perkalisn rapat masa dan cepat rambat gelombang pd lapisan yg betbeda".
Contras impedansi ini yg membuat gelombang langsung akan lbh lambat dibanding
gelombang yg terefraksi antara bidang batas dua lapisan yg punya kontras
impedansi yg tinggi". Krn kedalaman sumber gempa tsb; sehengga gempa tsb
bersifat "far-fied" dirasakan meluas bukan "near-field".
Semoga kengawuran ini menambah mumet di hari minggu yg cerah di Jkt. Salam he
he he
Awang Satyana Mbah Rono, kengawuran yang bermanfaat he2.., paling tidak buat
diskusi, sepakat untuk perambatan gelombang seismik di media dengan impedansi
yang berbeda, hanya melambatkan bukan meredam. Sepakat juga dengan efek far
field dan near field. Soal gravitasi dalam slab pull hanya gravitasi lokal di
ruang litosfer dan mantel bagian atas saja, bukan gravitasi global dari surface
ke inner core. Slab semakin masuk ke dalam subduction zone semakin tua dan
berat, sehingga punya internal gravity yang lebih besar dibandingkan slab yang
masih dangkal di litosfer. Jadi terdapat kesetimbangan gravitasi antara upper
slab dan lower slab, yang manifestasinya extensional stress di intermediate
slab berupa sesar2 normal. Kalau gaya dorong lempeng, yang kita kenal sebagai
ridge push dari mid-oceanic ridge di tengah Samudera Hindia di batas antara
Australia dan Antarktika saya pikir terlalu jauh dan ridge-push cenderung
menghasilkan kompresi bukan ekstensi. Semoga tidak menambah mumet Mbah...
Rovicky Dwi Putrohari Gambar dibawah ini mungkin
lebih proporsional dalam skala yg lebih tepat. Ini menunjukkan bila kedalaman
gempa berada dibawah ketebalan kerak maka mungkin akan sangat berkurang efek
kompresinya. Tapi saya tidak bisa memperkirakan seberapa jauh perubahan rezim
kompresi ke rezim ekstensi ini. Saya sepakat pendapat Pak Surono bahwa efek
kompresinya mungkin masih cukup besar karena episenternya belum terlalu dalam
(~80 km). Gempa-gempa sangat dalam >300Km memang seringkali terjadi dengan
kekuatan besar dengan hasil analisa tensor yg menunjukkan ekstensi.
Dengan mengetahui posisi titik belok "raypath-2", yang masih dibawah laut ini mungkin akan membantu dalam memahami mengapa di pinggir pantai kerusakannya sangat hebat. Titik pusat kerusakan bisa jadi tidak harus di hiposenter-nya. cmiiw, ikutan ngawur hari minggu sambil nyruput teh
Dengan mengetahui posisi titik belok "raypath-2", yang masih dibawah laut ini mungkin akan membantu dalam memahami mengapa di pinggir pantai kerusakannya sangat hebat. Titik pusat kerusakan bisa jadi tidak harus di hiposenter-nya. cmiiw, ikutan ngawur hari minggu sambil nyruput teh
Awang Satyana Ya Pak Rovicky Putrohari, bisa dilihat dari "beach ball"
gempa ini, atau moment tensor solution/ focal mechanism solution- nya bahwa
gempa kemarin tidak murni normal faulting, masih ada komponen kompresi nya
dengan strike WNW-ESE. Saya pikir itu wajar saja sebab pusat gempa berada di
posisi intermediate antara yang dominan kompresi di atasnya dengan yang dominan
ekstensi di slab makin ke bawah. Kerusakan di hiposentrum hanya rupture, yang
akan ditentukan oleh rigiditas batuan, sementara kerusakan di permukaan oleh
propagasi ray path seismic wave akibat datangnya gelombang2 gempa yang
berturut2 dari gelombang P, S, dan surface waves.
Irwan Meilano terimakasihi informasinya Awang Satyana, p Surono Mbah Rono, pRovicky Dwi Putrohari: gempa yang dihasilkan slab pull (down-dip extension) bisa
menghasilkan gempa besar dan merusak seperti gempa chile M7.8 thn 1939 dengan
korban 30ribu jiwa. Beberapa peneliti setuju bahwa down-dip extension merupakan
indikasi bahwa terdapat strong-coupled di interface. Sehingga potensi gempa
pada bidang yang lebih dangkal dari subduksi lebih besar. Sangat setuju bahwa
geometri dari slab mengontrol mekanisme slab-pull atau slab-push (tension),
perubahan arah dip ke yg lebih curam mendorong kemungkinan slab-pull lebih
besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu
Adi Yuza