Minggu, 22 Mei 2011

Catatan saya untuk Bandara Soekarno-Hatta

'
Hari sabtu 21 mei 2011 kemarin, Setelah selesai dari acara tahunan Indonesian Petroleum Association di Jakarta Convention Center saya mencoba pulang naik pesawat melalui Bandara Soekarno Hatta. Perasaan saya cukup senang, apalagi saya baru pertama kali naik pesawat, dibiayai pula. Sebagai Student Volunteer di Acara tersebut, kami pendapat beberapa fasilitas. Salah satunya adalah biaya transportasi. Fasilitas yang cukup lumayan untuk mahasiswa daerah yang ekonominya pas-pasan seperti saya.

Jauh dari kata Nyaman

Sesampai di Terminal 1B saya langsung chek in karena saya sudah beli tiket 1 minggu sebelumnya. Ketika mau masuk Gate, saya agak kaget karena masih dikenai biaya sebesar 40ribu rupiah untuk passanger service charge. Padahal Saya pikir, tiket seharga 280ribu rupiah itu sudah termasuk semuanya. Saya sebenarnya sangat keberatan. Terus terang, uang 40ribu itu adalah jumlah yang cukup besar untuk saya. Oke tak masalah, mungkin saya akan mendapat fasilitas yang lumayan dengan sejumlah uang yang saya keluarkan.

Ternyata dugaan saya meleset. Fasilitas yang ada di tempat menunggu ternyata tak ubahnya seperti terminal bus. Terlalu padat dan sempit. Gate B4 tempat saya seharusnya menunggu sudah berjubel dengan orang. Di luarnya pun sama saja. Kursinya jauh dari cukup. Sehingga banyak calon penumpang yang duduk di lantai termasuk saya. Belum lagi, tempat yang yang makin sesak dengan asap rokok yang membahana. Dan ketika saya lihat di tamannya, lebih mirip asbak raksasa karena penuh dengan puntung rokok. Keadaan yang membuat saya jauh dari rasa nyaman. Belum lagi di toilet yang harus antri. Di toilet pria, Hanya disediakan 1 untuk BAB dan 1 untuk BAK. Whoapss, tak hanya itu, air/tisu untuk cebok setelah BAK tidak tersedia. Saya hanya berpikir mungkin sedang habis, tapi seharusnya pengelola harus menyediakan air dan tisu setiap waktu. Bukankah ini bandara Internasional? Saya sempat pusing untuk menghilangkan najis setelah BAK.

Setelah menunggu lama, akhirnya saya bisa masuk juga ke gate B4. Di luar panas, di dalam ternyata lebih panas. Benar-benar penuh sesak, tanpa penyejuk ruangan atau semacamnya. Dan saya pun kembali duduk di lantai.

Ada bahaya yang mengancam Pesawat

Setelah menunggu dan menunggu, akhirnya pesawat siap take off juga. Cukup lega, apalagi ada mbak-mbak pramugarinya yang enak dilihat. Saya sengaja memilih duduk dekat jendela, karena saya tak ingin menyia-nyiakan penerbangan pertama saya.

Pesawat pun berjalan perlahan menuju landasan pacu. Dan sesekali berhenti sebentar untuk menunggu pesawat lain lewat. Perasaan saya menjadi tidak enak ketika pesawat yang saya tumpangi berhenti sebentar tepat di depan Garuda Maintenance Facility. Di depan gedung tersebut terdapat tanah lapang yang mungkin masih berupa rawa atau bekas rawa. Dan di tempat-tempat seperti itulah bahaya benar-benar mengintai.

Burung Kuntul; Burung yang seperti bangau bewarna putih. Banyak hidup dan berterbangan di sekitar landas pacu. Sebenarnya tak masalah mereka hidup dan beranak pinak di sana. Namun yang harus diwaspadai adalah kerusakan/kecelakaan yang diakibatkan tabrakan antara pesawat dan burung. Mungkin, anda akan menganggap sepele masalah ini. Namun masalah kecil ini akan menjadi sangat fatal jika disepelekan.

Tabrakan antara pesawat dan burung, pasti kalah burung. Namun dalam kecepatan pesawat yang sangat tinggi, tabrakan seperti itu dapat menghancurkan kaca pesawat. Yang harus kita ketahui adalah benda apapun akan dapat menjadi penghancur dalam tabrakan yang berkecepatan sangat tinggi. Hal yang sama terjadi dengan pesawat ulang-alik Amerika, Discovery, yang kecelakaan beberapa tahun lalu. Lapisan penahan panas Pesawat Discovery berlubang. Dan dari hasil rekaman, Lubang tersebut terjadi akibat busa gabus yang terlepas dan jatuh ke bagian yang berlubang tersebut ketika pesawat tersebut meluncur. Sehingga ketika kembali ke bumi dan melewati atmosfer, komponen mesin tersebut terbakar dan terjadilah musibah itu.

Selain masalah tersebut, kecelakaan dapat terjadi juga jika burung tersedot ke dalam mesin pesawat dan merusak mesin pesawat. Mesin bisa macet, meledak, atau terbakar. Kecelakaan ini beberapa kali terjadi di Luar negeri. Masalah burung di Bandara adalah masalah yang serius di Beberapa Negara dan saya tidak tahu di Indonesia.

Di beberapa Negara, terdapat tim pemantau burung di tiap bandara. Tugas mereka adalah mengusir burung dari sekitar landasan pacu. Memang terkesan kejam, mengusir burung dari habitat aslinya. Namun hal itu harus dilakukan untuk keselamatan nyawa manusia. Kecuali Jika bandara yang pindah dari tempat tersebut.

Banyak cara yang dilakukan untuk mengusir burung, kita bisa menempatkan predator alami yang terlatih di sektar bandara, berupa Burung Elang. Bisa juga dengan suara-suara yang mengganggu. Atau cara lain yang tidak menyakiti burung.

Semoga pengelolaan Bandara kita bisa lebih baik lagi. Baik dari segi keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. Karena bagaimanapun Bandara Soetta adalah gerbang Indonesia. Dimana kesan pertama Indonesia ada di Bandara Soekarno Hatta.


Salam,
Adi Yuza
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika dirasa perlu

Adi Yuza